Satu Rekening Untuk Berbagai Jenis Instrumen Investasi - Call Center: (021) 1500-688

Thursday 19 March 2015

130619_rupiah-dolar-kurs.jpg (477×318)
JAKARTA. Angin surga berhembus dari Bank raksasa Morgan Stanley. Bank yang bermarkas di Amerika itu menganggap Indonesia keluar dari kategorifragile five atau lima negara yang mata uangnya rawan terkena dampak kebijakan moneter Bank Sentral Amerika The Fed.
Pada Agustus 2013 ketika The Fed mengumumkan akan menurunkan porsi kucuran stimulusnya atau quantitative easing (QE) sebesar US$ 85 miliar, Morgan Stanley mengidentifikasi lima negara berkembang dengan mata uang yang paling rentan terdampak yaitu Brazil, India, Indonesia, Turki, dan Afrika Selatan.
Saat ini, ketika The Fed berencana untuk menaikkan suku bunganya sejak 2006, Indonesia dan India dianggap sudah terhindar dari risiko. Ekonom Morgan Stanley mengaku Indonesia dan India sudah melakukan reformasi ekonomi yang cukup dengan meninggalkan model ekonominya yang lama.
Dalam kasus Indonesia, Morgan Stanley melihat Indonesia telah mengambil langkah positif di mana Presiden Jokowi dalam lima bulan pertamanya menjabat telah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) premium dan menekan defisit anggaran ke 1,9% dari PDB.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyambut positif Indonesia yang dianggap sudah bisa keluar dari fragile five. Ia mengakui, ketika ada gejolak pada rupiah maka pemerintah harus melakukan reformasi struktural. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengurangicurrent account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan.
Pemerintah telah membuat anggaran sehat dengan menghapus subsidi minyak premium. Hanya saja, dalam hal ini pemerintah masih perlu menurunkan CAD lebih jauh lagi. "Kebijakan tidak boleh berhenti (untuk kurangi CAD). Akan sambung terus," ujar Bambang, Rabu (18/3).
Kebijakan mengurangi CAD ini yang dalam waktu dekat akan dikeluarkan pemerintah dalam bentuk paket kebijakan baik untuk neraca dagang ataupun jasa. CAD jelas menjadi konsern pemerintah karena salah satu penyebab rupiah tertekan adalah defisit pada neraca transaksi berjalan yang terus terjadi sejak triwulan terakhir 2011.
Pada 2014, CAD Indonesia sebesar 2,95% dari PDB. Untuk tahun ini karena impor belanja infrastruktur akan melonjak maka defisit masih akan berada pada level sekitar 3% dari PDB. Kontan

Monday 9 March 2015

Prediksi periode minor (1-5 hari): Menguat
Prediksi periode intraday: Sideways melemah
Level support-resistance: 5,442.9 - 5,550.7
Saham yang layak dicermati: INDF, MYOR, SMCB, KRAS, BBNI, ANTM, TINS, ISAT, CTRA
\

IHSG naik tajam 1,17 persen kelevel 5,514.79, kompak bersama dengan bursa regional Asia lainnya. Sentimen positif datang dari ekspektasi kondisi pasar tenaga kerja AS yang positif. Dimulainya implementasi kebijakan moneter agresif ECB juga turut mendongkrak pasar.

Indeks saham Dow Jones tersungkur 1,54 persen ke level 17.856,78, pasca rilis data ketenagakerjaan AS. Serapan tenaga kerja diluar sektor pertanian (nonfarm jobs) dibulan Februari naik mencapai 295 ribu posisi, diatas level revisian Januari sebanyak 239 ribu posisi. Sektor yang mencatat kenaikan serapan tenaga kerja antara lain jasa makanan dan minuman, jasa bisnis dan profesional, konstruksi, kesehatan, transportasi dan pergudangan. Kenaikan ini membawa tingkat pengangguran turun kelevel 5,5 persen. Rerata pendapatan perjam (average hourly earnings) meningkat sebesar 2 persen YoY. Pelaku pasar kembali berspekulasi akan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Data GDP revisian Jepang Q4 2014 menunjukkan ekspansi ekonomi Jepang yang lebih lambat dari rilis sebelumnya. GDP Q4 2014 direvisi menjadi 1,5 persen (annualized) dari data sebelumnya 2,2 persen. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan Jepang melambat dari 0,6 persen ke 0,4 persen. Meski direvisi turun, ekonomi Jepang tetap menunjukkan perbaikan dan keluar dari resesi.

Pagi ini mayoritas bursa Asia dibuka melemah. Harga minyak Brent (WTI) turun kelevel US$ 59,37 (US$ 49,39) perbarel, dan emas naik kelevel US$ 1.168,90/troy ounce.

Friday 6 March 2015

Danareksa government bonds yield index advanced 8.94bps from 7.235% to 7.324%

As the U.S. jobless rate creeps ever closer to the Federal Reserve’s definition of full employment, some Fed officials are asking a question: How low can you go? Their answer: less than the 5.2 percent to 5.5 percent the Fed currently defines as the lowest that can be achieved without heating up inflation. Some Chicago Fed economists say this sweet spot, often called full employment or the natural rate of unemployment, may be as low as 5 percent. Futures based on the federal funds rate imply a rate of 0.51 percent in December 2015. Fed officials expect the benchmark funds rate to trade in a range between 1 percent and 1.25 percent by the end of 2015, according to the median estimate of their quarterly forecasts in December. (Bloomberg)

Government bonds volume was IDR13.00 trillion, and it was dominated by medium term (5-15 years). It was lower than the previous day transaction of IDR16.32 trillion but it was higher than its YTD average of IDR10.56 trillion.

Corporate bonds volume was IDR541.63 billion, mostly short term (< 5 years). It was lower than the previous day transaction of IDR918.98 billion and it was lower than its YTD average of IDR551.70 billion.

IDR strengthened 0.01% against USD from 12,991 to 12,990 whilst JCI increased 0.05% from 5,448 to 5,451.

FR0070 yield climbed up by 8.60bps from 7.166% to 7.252% while RI240115 yield was down by -1.4bps from 3.731% to 3.717%.

Brent climbed up from 60.11 to 60.12 USD per barrel meanwhile WTI Cushing Crude Oil Spot price was down  from 51.53 to 50.76 USD per barrel.